Great man, always leave great things

, Minggu, 20 Mei 2012 5/20/2012 06:26:00 AM

Sore itu, hari sabtu tanggal 21 april 2011. Saya sedang aktif buka linimasa twitter, ada tweet dari salah satu portal berita yang menyebutkan bahwa wakil menteri ESDM sedang kritis di puncak tambora, Dompu, Nusa Tenggara Barat. Beliau memang terkenal nyentrik, dengan penampilan yang kesannya acak-acakan, dengan rambut gondrongnya, dan hobi naik gunung, hobi yang menjadi langka di kalangan pejabat negara setingkat menteri.
Semakin sore, berita yang tidak diharapkan akhirnya datang. Portal berita yang sama menyebutkan bahwa Pak Wid, sebutan akrabnya, meninggal saat pendakiannya ke puncak tambora. Bunga negeri ini tersebar sekali lagi, Pak Wid menghembuskan napas yang terakhir hanya beberapa puluh meter dibawah puncak tambora.
Setelah itu, linimasa ramai dengan berita kepergian Pak Wid. Namun ada satu tweet yang menarik perhatian saya. tweet itu berisi link yang mentautkan ke sebuah halaman. Di halaman tersebut, disebutkan bahwa pak wid pernah mempublish sebuah tulisan (bagi saya bentuknya mirip dengan surat) di forum khusus alumni ITB. Beliau adalah alumni ITB sekaligus guru besar ITB.
Tulisan itu, menurut halaman tersebut, dipublish pak Wid hanya sehari sebelum keberangkatannya ke Tambora.
Isi surat Pak Wid adalah sebagai berikut : 

Kalau kita menyayangi orang-orang yang kita pimpin, Insya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan menunjukkan cara untuk membuat mereka dan kita lebih baik. Tuhan itu Maha Pencipta, segala kehendak-Nya terjadi.
Saya biasa tidur jam 20.00 WIB dan bangun jam 02.00 WIB pagi lalu Salat malam dan meditasi serta ceragem sekitar 30 menit, lalu buka komputer buat tulisan atau nulis email.
Dalam meditasi biasa menyebutkan:
“Tuhan Engkau Maha Pengasih dan Penyayang, aku sayang kepadaMu dan sayangilah aku… Tuhan Engkau Maha Pencipta, segala kehendak-Mu terjadi…”
Lalu saya memohon apa yang saya mau…
(dan diakhiri dgn mengucap)
“Terima kasih Tuhan atas karuniaMu.”
Subuh saya Sholat di Mesjid sebelah rumah lalu jalan kaki dari Ciragil ke Taman Jenggala (pp sekitar 4 kilometer). Saya menyapa Satpam, Pembantu dan Orang Jualan yang saya temui di jalan dan akibatnya saya juga disapa oleh yang punya rumah (banyak Pejabat, Pengusaha dan Diplomat), sehingga saya memulai setiap hari dengan kedamaian dan optimisme karena saya percaya bahwa apa yang Dia kehendaki terjadi dan saya selain sudah memohon dan bersyukur juga menyayangi ciptaan-Nya dan berusaha membuat keadaan lebih baik. Oh ya, Tuhan tidak pernah kehabisan akal, jadi kita tidak perlu kuatir. Percayalah…

Salam,
widjajono

Isinya sangat menyentuh, dan memiliki banyak pelajaran dan motivasi. Di penghujung hidupnya, Pak Wid masih juga memberikan keteladanan.
Saya makin yakin, bahwa orang hebat tak akan lama waktunya, dan mereka meninggalkan dunia dengan cara yang luar biasa. Karena tuhan sudah mentakdirkan bahwa hidupnya akan menjadi keteladanan bagi manusia lainnya. 
Pak Dirman, Soe Hok Gie, Pak Wid, dan orang-orang hebat lainnya adalah contohnya. Mereka masih saja menjadi luar biasa di penghujung hidupnya, setelah menjalani hidup yang juga luar biasa, dan memberikan pelajaran yang luar biasa berharganya. Allah tak pernah kehabisan akal untuk menunujukkan kebesarannya lewat manusia-manusia hebat.
Selamat jalan Pak Wid......

Mengutip puisi yang tercetak pada prasasti di puncak Semeru :
Yang mencintai udara jernih
Yang mencintai terbang burung-burung
Yang mencintai keleluasaan & kebebasan
Yang mencintai bumi
Mereka mendaki ke puncak gunung-gunung
Sementara bunga-bunga negeri ini tersebar sekali lagi

0 Response to "Great man, always leave great things"

BBC Sport Player | Sepak Bola